

Saya dan 4 orang lainnya (Niken, Ferga, Ryan, dan Alan) yang diturunkan di pulau ini sehabis snorkeling senang sekali saat tau ternyata pulau kecil ini tidak ada siapa-siapa kecuali kami dan penjaga pulau. Yang artinya kami bisa sepuasnya leyeh-leyeh di sini seperti pulau pribadi dengan cukup membayar Rp 150.000/rombongan untuk camping 2 malam.
Pulau ini bisa dikatakan sangat kecil, luasnya cuma sekitar 3 hektar dan kita bisa jalan dari timur ke baratnya dengan jalan kaki dalam waktu yang singkat. Pulau Perak hanya dihuni oleh 1 keluarga kecil yang menjaga pulau (nama kepala keluarganya adalah Pak Minang) dan 1 keluarga pembuat kapal yang menghabiskan waktu siangnya tidur di pulau dan malamnya di laut untuk memancing. Belakangan saya baru tau ternyata pulau itu dikelola dan dimiliki swasta. Dan pulau ini dihargai sekitar 8 milyar, kemahalan atau kemurahan?
Setelah mendirikan camp, selanjutnya kegiatan kami tidak jauh-jauh dari leyeh-leyeh di pantai, nyebur, foto-foto, kongkow di dermaga, dan susur pantai.
1. Kongkow di Dermaga
Ini adalah kegiatan favorit saya. Dari sinilah bisa terlihat sunset dan kapal nelayan yang hilir mudik. Kalau malam bisa liat bulan purnama dekat sekali.

Ikan-ikan dan terumbu karang bisa dilihat jelas dari permukaan air. Kalau bawa roti bisa kasih makan ikan dan mereka akan muncul ke permukaan bergerombol banyak sekali.
Bulu babi

2. Susur Pantai
Susur pantai adalah kegiatan wajib kalau saya dan teman-teman ke pantai. Selain untuk mempelajari pulau ini, juga bisa sekalian foto-foto dan leyeh-leyeh di spot-spot yang berbeda.




Pulang dari susur pantai, Ferga dan Ryan ikut Pak Minang ke Pulau Kelapa untuk beli aqua botolan, pulangnya mereka bawa 2 makanan laut ini dikasih orang sana. Kata orang sana namanya Tedong, satu kelas dengan Strombus Gigas. Isinya sama kayak shell biasa, tapi lebih besar. Matanya ada 2, agak panjang seperti siput. Bisa dimakan, tinggal dilempar aja ke api. Kalau sudah matang rasanya kenyal, manis dan gurih, ada sedikit seperti rasa kepiting dan kerang.
Oh iya, jangan terlalu berharap lebih dengan MCK/WC umum di sana, survey saya ternyata 2 tahun belakangan keadaannya masih sama. WC umum ada di tengah hutan dengan keadaan seadanya dan sumber air tidak terlalu bagus. Sedangkan kalau mau buang air besar ada lagi tempatnya yang mengaharuskan jongkok di WC panggung dengan keadaan seadanya :)
See you next journey :)
0 komentar:
Posting Komentar